Friday, April 01, 2011

Island of gods, Bali

Helloooo, long time no see! woohooow, i'm back travelling and blogging again. Sorry for dissapear for a long time. Beberapa waktu yang lalu saya sedang fokus berkutat pada skripsi dan Alhamdulillah akhirnya sidang pada bulan desember kemarin. Memasuki bulan januari, tempat berlibur pertama yang saya kunjungi tentu saja, Bali, yang sudah seperti kampung halaman ketiga setelah jakarta dan bandung, dalam satu tahun saya bisa berkunjung hingga tiga kalu. Sebenarnya pada saat libur lebaran tahun lalu, saya dan sahabat saya, Risnu, berlibur ke bali, ke sebuah pulau indah bernama Nusa Lembongan.

Sudah pasti sebagian besar dari kalian pernah pergi ke Pulau Dewata tapi pasti hanya sedikit dari kalian yang pernah mengunjungi bahkan mendengar Lembongan. Nusa Lembongan berada di tenggara Bali, untuk menuju kesana dapat berangkat dari pantai sanur atau benoa. Kebetulan kemarin saya menaiki kapal cepat dari pantai sanur pada pukul 8.30 WITA seharga Rp 50.000,- memakan waktu kurang lebih 45 menit atau bisa juga dengan kapal biasa yg berangkat pukul 8.00 WITA seharga Rp 25.000,- dan memakan waktu kurang lebih dua jam. Tiket kapal hanya dapat dibeli on the spot di pantai sanur kurang lebih setengah jam sebelum keberangkatan. Ps: saat naik dan turun kapal baik di sanur ataupun lembongan kita harus sedikit berjalan di air karenanya jgn pakai sepatu dan dianjurkan memakai celana pendek.

Sesampainya di lembongan, di sepanjang pantainya terdapat banyak penginapan dari harga Rp 100.000-300.000,-. Saya, risnu dan sahabat saya dari Bali, Winda dan pacarnya, Kak Dipta, memilih sebuah penginapan tepat di tepi pantai yang berbentuk seperti lumbung padi khas Bali, satu kamarnya dikenakan biaya Rp 250.000,-, dapat diisi oleh dua orang, dengan tempat tidur king size, kipas (tanpa AC sudah terasa sejuk), sepasang handuk dan kamar mandi "terbuka" di belakang kamar. Untuk berkeliling pulau kami menyewa dua buah sepeda motor masing-masing sepeda motor dikenakan biaya Rp 50.000,-/hari, kalian sudah bisa mendapat sepeda motor matic dan bensin fulltank yang cukup untuk mengelilingi nusa lembongan dan nusa ceningan selama 2 hari. Agar tidak bingung untuk mengetahui tempat-tempat wisata yang dapat dikunjungi bisa meminta peta ke petugas penginapan.


penginapan berbentuk lumbung padi khas bali

Hari pertama setelah sampai di Nusa lembongan dan mendapat penginapan, kami tidak membuang waktu untuk turun ke laut, kita bisa snorkeling atau diving di nusa lembongan. Sewa kapal dan alat snorkeling untuk empat orang kami dikenai biaya Rp 350.000,-. Setelahnya menggunakan sepeda motor kami berkeliling nusa lembongan untuk melihat berbagai pantai. Karena penerangan jalan disana kurang baik, sebaiknya untuk kembali ke penginapan sebelum gelap. Hari kedua kami mengunjungi pulau kecil yang tepat berada di dekat lembongan bernama Nusa Ceningan. Nusa lembongan dan nusa ceningan disambungkan dengan sebuah jembatan yang dapat dilalui sepeda motor. Nusa ceningan juga memiliki banyak pantai indah. Kami juga sempat mengunjungi Mangrove Forest, kami menyewa sampan dengan biaya Rp 50.000,- untuk berkeliling. Kita juga bisa meminta pemilik sampan untuk memancing kepiting untuk dibawa pulang. Nb: kami sempat makan siang di daerah mangrove forest di Warung Made yang punya pepes tuna yang menjadi makanan favorit kami selama disana. Sebagian besar tempat makan di lembongan menjual makanan-makanan standar seperti nasi goreng dan mie goreng dengan kisaran harga Rp 15.000-30.000,-.



snorkeling


salah satu pantai di nusa lembongan, dream beach


jembatan yang mebghubungkan lembongan-ceningan


salah satu pantai indah yang ada di Nusa Ceningan, dimana pada saat air laut surut, kita bisa bermain dan bahkan berenang di "kolam renang alami"





winda and kak dipta at mangrove forest

Jika kalian melihat peta, masih banyak tempat lain yang bisa dikunjungi, seperti goa, namun kami kehabisan waktu karena harus mengejar kapal menuju sanur. Kapal cepat dari Lembongan ke Sanur berangkat pukul 11.00 dan 15.00 WITA.

Nusa Lembongan dapat menjadi alternatif saat berkunjung ke Bali, cukup murah dibandingkan tempat wisata lainnya di Bali, dan masih terjaga karena pengunjungnya tidak begitu ramai bahkan saat kami disana sedikit sekali menemukan wisatawan lokal karena mayoritas wisatawan asing, banyak tempat wisata yang dapat dikunjungi namun cukup menginap selama satu atau dua malam.

Selama di Bali, kami juga sempat berbelanja, ber-sunset ria di pantai, bermain paraseling dan flying fish di benoa dan tidak ketinggalan berwisata kuliner.





Thank you so much to Ivan Risnu Ghifari for all the photos...

Saturday, April 10, 2010

Pangandaran, Jawa Barat

Happy SUN(ny)DAY !

Dengan badan sedikit lelah dan pegal-pegal, bersemangat menulis. Padahal jam 1.30 dini hari tadi baru saja menginjakan kaki di rumah, setelah mengunjungi Pangandaran, berangkat hari jumat jam 23.00 WIB dari Bandung. Yup, aku dan beberapa teman kampus baru saja pulang dari Pangandaran PP tanpa menginap, dengan tujuan survey untuk liburan angkatan. Tapi yang unik adalah setelah tadi berbincang dengan Bala di YM, aku baru tersadar tepat di hari yang sama 1 tahun lalu, aku pun pergi ke Pangandaran untuk body rafting di Green Canyon. Thanks Bala sudah mengingatkan, jadi seperti ritual di tgl 10 April ya, hehe.

Perjalanan kali ini, didampingi oleh ceu' Ika (panggilan sayang jadi Cika), teman kampus yang asli orang Ciamis, dan kebetulan mendapat tempat KKN di Pangandaran. Selain survey tempat menginap, kami pun mengunjungi obyek-obyek wisata di Pangandaran. Green Canyon, Batu Karas, pantai barat dan timur, Cika juga membawa kami ke Sasak Gantung dan Citumang river. Sebenarnya Cika bilang masih banyak tempat wisata lain di Pangandaran yang bisa dikunjungi, tapi sayang waktu kami sangat terbatas.

Sempat mencoba banana boat di batu karas, satu Banana Boat bisa dinaiki 5 orang, setelah tawar menawar akhirnya satu orang dikenakan biaya Rp 30.000,-, hmm mungkin kalau weekdays bisa lebih murah.


before banana boat

Sasak gantung, sebuah jembatan gantung yang terbuat dari rotan, letaknya tidak jauh dari Batu Karas, menjadi sebuah jembatan yang sangat penting bagi kehidupan warga sekitar. Banyak dilalui pejalan kaki, dan juga sepeda motor. Sensasinya ya pada saat jalan di atasnya, apalagi lari-lari, pasti bergoyang, dan kebetulan pada saat di atas jembatan ada sepeda motor yang lewat, kita harus berdiri ke tepi jembatan sambil berpegangan ke kawat yang menjadi pagar jembatan. Karena kami bukan warga sekitar dan pengunjung, masing-masing orang dikenakan biaya Rp 1000,- oleh penjaganya.





Citumang river, sebenarnya tidak begitu juauh dari Pangandaran, tetapi sayang petunjuk jalan menuju kesana sangat kurang dan akses jalannya juga tidak begitu bagus, padahal ini salah satu obyek wisata yang masuk dalam program Visit Pangandaran. Dan bagi yang belum pernah kesana, memang harus ada yang mengantar, dari tempat parkir mobil yang terdapat warung-warung, ada guide sekitar yang biasanya akan menawarkan untuk mengantarkan, karena memang jalan yang harus dilalui tidak seperti menuju sebuah tempat wisata, kami saja kemarin bingung waktu dibawa Cika kesana. Masing-masing orang dikenakan biaya masuk Rp 5000,-. Dan ternyata di sungai citumang ini juga terdapat body rafting, dengan track yang jauh lebih pendek dan juga biaya yang jauh lebih murah dibandingkan dengan body rafting di Green Canyon. Di Green Canyon, bisa makan waktu hingga 5-6 jam, arus lebih kuat dan batu karang lebih banyak, intinya sih jauh lebih sulit dibanding Citumang, tapi untuk view memang Green Canyon lebih oke. Yang unik dari Citumang yaitu terdapat sebuah goa yang bisa kita masuki tapi tetep dengan berenang, sayangnya saat kemarin kami kesana, air lagi tinggi, jadi kami cuma bisa masuk ke dalam goa sampai 40 meter, daripada ga keluar-keluar lagi kan?hehe. Kalau memang mau body rafting, terutama seperti kami, body rafting sampai menuju tempat parkir mobil lebih baik menyewa life vest dengan biaya Rp 10.000,-, nanti dapet satu orang guide juga. jangan lupa kasih tips untuk aa' guide nya juga loh, seikhlasnya.

Sebenarnya dulu di Citumang ini juga terdapat perahu-perahu seperti di Green Canyon, tapi sayang akibat banjir, perahu-perahunya terseret arus entah kemana, hahaha.

Sayangnya, karena kami body rafting tanpa persiapan, mendadak begitu saja jadi aku ga bawa si miumiu, kamera kebanggaan untuk nyemplung-nyemplung di air, jadi ga ada foto saat body rafting deh. tapi kami tetap sempat dong melakukan sesi foto di awal-awal, hehe maaf jika foto-foto dibawah ini menohok mata Anda semua. hahaha







Model dadakan:



NB: dua temanku ini normal kok, cuma kelakuannya aja yang minus,hahaha *peace love n gaol ya ichan dan teguh

Makan siang di pasar ikan, pangandaran, jangan lupa untuk nawar ya! Kami pesan ikan kakap putih bakar, cumi goreng tepung, cumi saos padang, tumis kangkung tentu saja beserta nasi habis sekitar Rp 110.000,-. Hmmm sebenarnya ga begitu beda jauh ya harganya dengan makan seafood di Bandung, tapi masa dah pergi ke pantai tapi ga makan seafood kan aneh,hehehe.

Hasil survey: selain mendapat beberapa pilihan tempat menginap dan obyek wisata untuk liburan angkatan nanti, banana boat dan body rafting telah terbukti aman. hehehe

Monday, March 08, 2010

Pacitan, Jawa Timur

Halo Halo Halo Halo

Sudah lama sekali aku tidak menulis, dan sudah banyak perjalanan yang tidak tercatat disini (bulan Desember awal ke Kamboja, Thailand, dan Singapura dan tahun baru ke Yogyakarta, suatu saat akan aku posting). Bukan karena super sibuk sampai tidak menulis, tapi karena sebenarnya aku tidak begitu suka menulis dan juga tidak pandai menulis. Tapi perjalanan terakhir kemarin benar-benar ingin aku ceritakan.

Di penghujung akhir bulan Febuari kemarin terdapat libur panjang di akhir pekan, karena itulah aku dan Ricco merealisasikan keinginan kita dari tahun lalu yang tertunda yaitu ke Pacitan. Banyak orang bingung dan bertanya "ada apa di Pacitan?", mulanya kami penasaran dengan Goa Gong yang kabarnya merupakan salah satu goa terindah di Asia Tenggara.

Kamis malam kami berangkat dari Stasiun Padalarang menggunakan kereta ekonomi Kahuripan dengan biaya Rp 26.000,- menuju Yogyakarta. Karena esok harinya long weekend, kami pun kehabisan tiket duduk, tinggal yang berdiri saja. Padahal kan tiket kereta ekonomi harus beli on the spot, ga bisa dari beberapa hari sebelumnya, tapi ternyata dari pagi sudah habis. Ada untungnya datang lebih cepat, jadi kami pergi ke Restorka (gerbong makan), dan ditawari duduk dengan membayar biaya tambahan Rp 25.000,- kalau duduk di bangku (yang ada mejanya) atau Rp 20.000,- di bangku tambahan (semacam bangku plastik), dan selain dapet duduk dapet makan (pilihannya nasi rames, nasi goreng, mie goreng atau mie rebus) dan minum (teh manis hangat). Daripada berdiri semalaman dan kebetulan kami juga belum makan jadi kami putuskan untuk mengambil tempat duduk. Dan ternyata benar saja, kereta benar-benar penuh, bahkan sempat di beberapa stasiun penumpang yang sudah membeli tiket tidak bisa naik karena kapasitas kereta yang sudah berlebihan. Berangkat pukul 19.30, kami sampai di Stasiun Lempuyangan Yogyakarta pukul 6.00.

Sambil menunggu rombongan dari Jakarta (teman-teman Ricco), kami bebersih di toilet stasiun dan sarapan di warung makan depan stasiun yang menyediakan jasa charge HP bayar Rp 2000,-,hehe.. Rombongan JKT datang, kemudian mereka langsung mengantri membeli tiket kereta eko untuk pulang hari minggu nanti, tempat penjualan tiket belum buka tapi yang antri sudah panjang sekali. Klo untuk kereta eko yang dari dan ke jkt, kita bisa beli tiket beberapa hari sebelumnya, tidak seperti yang ke BDG.

Kami akan ke Pacitan dengan menggunakan dua mobil milik Mbak Tari (teman Ricco dari JKT yang asli orang Yogya). meeting point selanjutnya dengan Mbak Tari di bandara, sehingga dari stasiun kami harus jalan kaki ke Malioboro dan kemudian naik Trans Yogya menuju bandara. Total peserta trip kali ini ada 13 orang, aku dan Ricco dari BDG, Mas Andi dan Mbak Anis (temanku dari Yogya), 7 orang teman Ricco dari JKT, dan 2 orang saudara Mbak Tari yang bawa mobil.

Perjalanan dari Yogya menuju Pacitan kurang lebih 3-4 jam menggunakan mobil, dengan kondisi jalan yang benar-benar super metal, dan supir kami Mas Wahyu, anak UGM angkatan 2004, yang juga metal dan aku akui jago banget nyetirnya, ternyata dia sudah melanglang buana ke pedalaman papua dan juga bali sampai satu tahun,pantas saja. Setelah mpet-mpetan di kereta eko, jalan kaki di Yogya dan perjalanan mpet-mpetan dalam mobil tanpa AC tanpa henti bikin kelaparan. Sampai di kota Pacitan, kami berhenti di sebuah warung pecel. Fyi, lontong pecel dengan porsi kuli dan rasa yang enak cukup dengan Rp 3.000,- saja.

Kota Pacitan tidak begitu besar, dan bahkan tidak ada pusat perbelanjaan (mall) disana. Bahkan jalan menuju kotanya bukan jalan besar, jalannya berlika-liku tebing dan hanya cukup dilalui untuk dua mobil kecil (dua arah). Tapi jalanan di kota cukup besar, dan banyak tempat makan. Tapi saat keluar dari kota, maka sinyal pun hilang, jadi lebih baik kalau sedang tidak di kota, hp lebih baik dimatikan. Setelah makan kami langsung menuju ke pantai Sidomulyo, lalu ke Banyu Anget (tempat pemandian air hangat yang aneh, mending ciater atau cipanas garut pokoknya), lalu mendirikan tenda di pantai Teleng Ria. Di Pantai teleng Ria soal pemandangan biasa saja, tapi disana banyak warung-warung jadi ga repot cari makan, listrik dan toilet.

Pagi hari kami langsung berangkat kembali ke Srau, Watukarung dan Pasir Putih. Dan di pantai Srau, kami bertemu dengan para surfer-surfer bule, wuah kenapa ya sering kali kok bule-bule itu lebih tau ya tentang negara kita, dibandingkan orang kita sendiri. Di antara ke tiganya, yang paling lumayan adalah pantai Srau. Dan setelah itu, akhirnya, Goa Gong! Dan ternyata Goa Gong memang benar-benar bagus, pemerintah setempat sudah menjadikannya tempat wisata, jadi di dalamnya tidak perlu repot karena sudah ada jalan dan tangga, selain itu sudah bdi kasih lampu warna-warni, yah jadi agak kurang sih kealamiannya. kenapa disebut goa gong? karena di dalamnya terdapat sebuah batu besar, dimana kalau dipukul akan bunyi "Gong..Gong..." Lalu sempat mampir ke Goa Tabuhan, goa ini jadi kurang menarik karena kami baru saja dari Goa Gong, khasnya adalah batu-batu yabng dipukul berbunyi seperti gamelan, tapi sayangnya hanya boleh dipukul oleh petugas, dan kalau mau dengar lagunya dikenakan biaya 1-5 lagu seharga Rp 70.000,-, wew cukup mahal kan... Yang cukup unik, tempat-tempat wisata yang kami datangi cukup jauh dari pusat kota Pacitan, tapi akses jalannya paling tidak sudah di aspal. Dan sepanjang perjalanan dimana-mana kami melihat berbagai macam plang kayu dengan tulisan himbauan yang sama setiap hampir satu meter sekali, dengan berbagai jenis kalimat tapi intinya adalah "dilarang buang air besar (BAB) sembarangan". Wuah apakah orang-orang desa nya masih sebegitunyakah, dan mungkin itu juga sebagai pengingat untuk para wisatawan "hati-hati banyak ranjau",hehe...


PANTAI SRAU


Goa Gong- Serasa masuk ke rumah Superman, Kryptonite



Inilah mengapa disebut Goa Gong, kalau kita pukul akan berbunyi seperti Gong

kemudian kami mendirikan tenda di pantai Klayar. Dan di antara seluruh pantai yang aku datangi di Pacitan, pantai inilah yang paling indah! Kalau kalian kesana, mengingat tidak ada penginapan (bahkan listrik pun tak ada), jadi kalian harus bawa tenda, sleeping bag, senter, perlengkapan standar untuk camping, agar tidak melewatkan sunset dan juga sunrise nya. Kalau menurutku rugi banget udah jauh-jauh kesana dan ga lihat sunset serta sunrise, tapi sayang agak berbahaya untuk bermain air disini karena ombaknya kencang. Pantai klayar ini punya tebing-tebing yang ga kalah keren dari pantai Kuta-Tanjung Aan Lombok, yang membedakan emang pasir di pantai Kuta Lombok ga ada yang ngalahin! Di pantai Klayar ada warung makan yang akan buka sampai magrib, selewatnya kita bisa pesan ke rumah pak RT setempat, yang dengan motor sekitar 10 menit, kemarin satu nasi bungkus pakai sayur, tempe, dan telur dadar cukup Rp 4000,-, dan pagi hari ibu RT akan buka warung di pantai dan kita bisa pesan indomie, hehe... Ada mushola dan kamar mandi umum, tapi sayangnya ga ada listrik, jadi harus sedia senter, dan untuk mandi harus nimba air dulu dari sumur.


PANTAI KLAYAR


sunset di pantai Klayar


sunrise di pantai klayar *bermain dengan air yang menyembur dari sela-sela karang itu loh


Di pacitan tidak ada angkot, jadi lebih baik sewa motor atau bawa kendaraan pribadi seperti mobil. Di kota banyak terdapat penyewaan motor dan mobil, jadi ga perlu repot. Dan karena disana jarak tempat wisata sangat jauh, dengan kondisi jalan yang berlika-liku. Harus banyak bertanya sama warga supaya ga nyasar, hmm lebih baik lagi kalau bisa berbahasa Jawa!

Pagi hari dari Klayar kami langsung menuju Yogya kembali, lebih tepatnya Bantul sanaan lagi, kami pergi ke Goa Cerme. Untuk masuk goa cerme harus rela berbasah-basahan, dan pakai helm yang disediakan kalau masih sayang kepala, jangan lupa untuk masuk bersama pemandu. Perjalanan yang kami tempuh dalam goa dan berjalan kembali ke parkiran sekitar 2 jam, dan cukup melelahkan. Setelah mandi, kami langsung menuju Yogya karena teman-teman rombongan JKT harus mengejar kereta Progo. Aku dan Ricco turun duluan untuk makan gudeg, jalan-jalan ke alun-alun dan Malioboro, lalu mendengar kabar dari teman Ricco yang mencarikan tiket bus untuk pulang bahwa seluruh bus menuju bdg malam itu sudah penuh. Karena badan sudah sgt capek, kami ga sanggup lagi naik kereta eko, mengingat berangkatnya dari kediri jadi sampai Yogya pasti sudah sangat penuh dan kami harus berdiri di gerbong semalaman, jadi kami putuskan naik bus, supaya bisa tidur. Saking paniknya akhirnya kami beli tiket bus Budiman yang menuju Tasik, Rp 65.000,- AC dan dapat makan malam, hehe. Sesampainya di Tasik pukul 2.00 sempat terlantar di Pool Budiman karena menunggu bus lanjutan yang menuju Bandung, setelah hampir menunggu 1 jam akhirnya bus dari Solo menuju BDG lewat dan kami naik, tapi bayar lagi RP 25.000,-. Lumayan deh, tapi yang penting cepat sampai dan cepat istirahat. :)

Thursday, October 01, 2009

2nd stop: Amazing Thailand

Sesampainya di Phuket airport, karena kami hanya berbekalkan alamat dan nama hostel tempat kami menginap dan kurang informasi (kondisi Thailand mirip2 sama Indonesia, agak sulit soal transportasi umumnya), dan lalu kami bertanya pada informasi, dan informasi menyarankan untuk naik mobil van (seperti yang digunakan travel) yang disediakan di depan airport, dengan perorang membayar 150 bath, sekitar Rp 45.000,-. Cukup mahal, tapi karena sudah malam dan kami tidak tahu lagi harus naik apa, dan ternyata dari airport menuju ke hostel kami juga memang cukup jauh.

Tetapi jika untuk mengelilingi Phuket Island dapat dilakukan dengan menggunakan sepeda motor sewaan, biaya sewa perharinya sekitar 200 bath atau sekitar Rp 60.000,-. Dengan modal nekat menggunakan peta yang di dapat dari bandara. Tidak perlu takut nyasar, karena peta dan petunjuk jalannya cukup jelas. Tapi jangan lupa harus punya SIM internasional ya, kecuali modal nekat seperti kami kemarin, hehe untung sedang tidak ada razia, katanya sering kali ada razia jadi harus hati-hati. Atau dapat juga menggunakan tuk-tuk (semacam angkot-nya Thailand) atau taksi. Yang unik dari taksi-taksi yang ada disana adalah taksi-taksi disana tidak berseragam seperti di Indonesia, disana taksinya seperti mobil-mobil pribadi saja, bahkan bagus-bagus dan dimodif layaknya mobil-mobil gaul, hehehe...


dibonceng Winda keliling pulau


tuk-tuk

Tempat yang kami kunjungi di Phuket Island:

1. Na Nai Road
banyak hostel, hotel dan juga tempat makan. Kami sempat menginap satu malam disini, tapi kemudian pindah karena masih jauh dari pantai. Tapi di sebelah hostel kami ada restoran yang jual Tom Yam seafood enak banget!


kami jalan kaki dari Nanai Road menuju Rat Uthit saat berpindah hostel, pake acara nyasar dulu pula!hehe

2. Rat Uthit
Malam-malam selanjutnya di Phuket kami menginap di jalan ini. Dekat dari mana-mana, ke pantai jalan kaki saja (pantai Patong yang terdekat), mall Jungceylon juga ada, tempat makan dari mulai restoran, tenda sampai gerobak juga banyak, dan ada pasar tempat membeli oleh-oleh (tapi tidak disarankan belanja oleh-oleh di Phuket, karena harga lebih mahal jika dibandingkan dengan Bangkok).

3. Patong Beach
Karena ini pantai terdekat dari Rat Uthit, maka inilah pantai yang paling sering kami kunjungi selama berada di Phuket. Patong beach bisa dibilang mirip dengan Pantai Kuta Bali, karena ramai, di sepanjang jalan sebrang pantai terdapat tempat-tempat makan. Dan kita bisa melihat pemandangan orang-orang yang sedang bermain paralayang. Menikmati sunset disini juga cukup bagus. Oia, saat aku dan Winda jalan-jalan disini tidak sengaja menemukan seperti sebuah desa nelayan di ujung pantai ini.





4. Wat Chalong
Salah satu wihara terbesar yang ada di Phuket Island, salah satu tempat yang wajib dikunjungi di Phuket (kata buku turisnya, hehehe).





5. Chalong Bay
Sebuah dermaga, dan banyak kapal-kapal (kalau kataku sih mirip-mirip Ancol cuma lebih bersih, hehe)



6. Promthep Cape
Ini merupakan ujung pulau Phuket, dan merupakan spot terbaik untuk melihat sunset, tapi sayangnya saat kami kesana sedang mendung jadi sunsetnya tak terlihat.



7. Bangla Road
Jangan lupa, salah satu yang terkenal dari Thailand adalah Lady Boy-nya (sebutan untuk para waria disana). Lokasinya persis di depan Jungceylon mall. Saat malam sudah sangat larut, jalan ini ditutup, dan kendaraan bermotor tidak dapat lewat, khusus pejalan kaki. Dan disepanjang jalan ini banyak bar-bar yang menawarkan hiburan lady boy-nya. Bangla Road ini merupakan pusat kehidupan malamnya. Kalian ga perlu masuk ke dalam bar nya untuk melihat para lady boy menari, karena mereka menari di depan atau di balkon bar untuk menarik para pengunjung masuk. Dan sungguh, lady boy-nya cantik-cantik, hati-hati para pria tertipu karena sulit membedakan dengan wanita tulen! hehehe...




Ladyboy

Phi Phi Island

Pada saat di airport, saat sedang bertanya di informasi, kami ditawari untuk pergi ke Phi Phi Island (itu loh tempat shootingnya film The Beach, Leonardo DiCaprio!hehe..), pulang pergi Phuket-Phi phi-Phuket dengan menggunakan kapal besar, makan siang dan snorkeling (tapi cuma lifevest dan google-nya saja, klo fin atau kaki kataknya sih bayar lagi) seharga 1100 bath atau sekitar Rp 330.000,-. Kami merasa sedikit tertipu karena ternyata kapal yang digunakan tidak sebagus digambar (ingat foto suka menipu) dan ternyata kalau kami mencari diluar (bukan di airport) bisa mendapat harga lebih murah, karena saat dalam perjalanan bertemu sebuah keluarga muda yang sama-sama berasal dari Indonesia. Udah mana saat itu cuaca lagi ga bagus, jadi kami ga bisa snorkeling di banyak tempat, tapi makan siangnya enak sih, hehe... Yah namanya juga pengalaman pertama jadikan sebagai pembelajaran saja, tapi kalau saranku kalau kalian ke Phi Phi sempatkanlah menginap disana supaya puas dan ga rugi. Sempat lihat-lihat harga penginapannya tidak begitu mahal, dan kalau mau keliling untuk snorkeling bisa menyewa perahu kecil.

Saat perjalanan pulang dari Phi phi menuju Phuket, cuaca memang benar-benar sedang tidak bagus dan goncangan kapal sangat kuat, sampai-sampai setiap orang dibagikan kantong plastik! Hahahaha jadi buat yang mabokan jangan lupa bawa antimo, dan tidur sepanjang perjalanan.


begitu melihat bukit-bukit batu di sekeliling Phi Phi, mas Akta langsung minta foto-foto




bonceng turis Bangla keliling pulau, hehe. Banyak orang-orang yang keliling menggunakan sepeda


Mas Fandi kasih makan ikan saat snorkeling

Hal yang tak terlupakan untukku selama disana:
Makanan
(Seafood, Tom Yam, buah-buahan, barberque pinggir jalan, dll.)
Kalau kalian pecinta wisata kuliner ini adalah surganya. Tom Yam disini enak-enak banget! Seafoodnya juga, kami bahkan pesta seafood pada saat makan malam terakhir di Thailand. Jajan-jajanan pinggir jalan juga yahud-yahud. Tak ketinggalan buah-buahannya, murah dan enak! Selama beberapa hari disana setiap hari aku pasti beli buah-buahannya. Kalau di dekat Jungceylon mall ada pasar modern, dimana jual dari mulai buah,ikan, dan daging! Lebih baik beli buah disini, karena di tukang buah pinggir jalan kadang mahal (harganya suka beda-beda), tapi kalau sore dan malam suka ada mobil pick up yang berjualan buah (tapi cuma 2 macam) dan biasanya murah banget!

Info:
Harga-harga hostel di Phuket cukup murah antara Rp 50.000 - Rp. 200.000,-. Hostel kami menginap, yaitu Coast Star Mansion Hostel, perorang 150 bath atau Rp 45.000,- . Dan kamarnya bersifat private room (biasanya diisi 2 orang, jadi satu kamar harganya Rp 90.000,-), memang tidak pakai AC hanya fan saja, tapi kamar mandi dalam (air hangat), TV, lemari dan meja rias disediakan serta dapat handuk ganti setiap harinya dan kamar dibersihkan setiap hari.
Disana terdapat laundry kiloan yang cukup murah dan cepat.
Orang-orang Thailand tidak begitu pandai berbahasa Inggris, dan wajah orang Indonesia mirip-mirip Thailand, selama disana, aku dan Winda selalu dikira orang Thai dan diajak bicara bahasa tagalog.
Untuk yang muslim, hati-hati daging babi!

Tips lainnya:
Sesampainya di bandara, jangan lupa untuk mengambil peta (gratis) dan juga brosur-brosur yang biasanya ada di bandara-bandara, penting banget!
Belajarlah membaca peta !



Melalui darat, kami melanjutkan perjalanan ke kota Penang, Malaysia.

Saturday, September 26, 2009

Ekspedisi 5 negara, first stop: Uniquely Singapore

Bulan Juli kemarin akhirnya aku dan 5 orang temanku lainnya, Winda, Mbak Uka, Mbak Diana, Mas Akta dan Mas Fandi melakukan perjalanan ke 5 negara, yaitu Singapur, Thailand, Malaysia, Hongkong dan China. Ini adalah perjalanan pertama aku dan Winda keluar negeri tanpa bantuan travel ataupun orang tua (semua-semua diurus sendiri) dan ala backpacker. Tapi ketua tim kami, yaitu Mas Akta, sudah sangat berpengalaman sebagai backpacker, dan selama perjalanan aku cukup mendapat banyak ilmu yang aku mau bagi disini.

Tiket Airasia Jkt-Singapur sudah kami beli dari bulan Juni. Tips untuk kalian yang mau dapetin tiket pesawat murah, intinya cuma satu:

sabar!
Kalau mau beli tiket,apalagi untuk perjalanan jauh-jauh hari, ga usah buru-buru beli, pantau dulu harga tiketnya, karena perusahaan-perusahaan penerbangan suka menawarkan tiket promo.

Jangan lupa sekarang fiskal mahal banget, supaya bebas fiskal:
cukup bawa fotocopy NPWP, dan untuk kamu yang masih dibawah 21 tahun bisa pakai NPWP orang tua (biasanya ayah) fotocopynya saja cukup, tapi yang sudah lewat 21 tahun dan masih belum bekerja (seperti aku, hehe) cukup bawa fotocopy NPWP ayah dan fotocopy kartu keluarga. Ngurusnya juga cepat dan ga ribet, cukup datangi loket bebas fiskal yang ada di dalam bandara.

Sebelum pergi ke negara tujuan, booking terlebih dahulu hostelnya melalui internet, bisa cari ke sini atau di sini. Biasanya sih, Anda diminta membayar uang muka terlebih dahulu melalui transfer atau credit card. Jangan lupa liat referensi dari orang-orang yang pernah menginap disana, maklum kadang kan foto suka menipu, hehe. Dan hostel biasanya punya beberapa tipe kamar, tinggal pilih mau yang private room (tapi harga lebuh mahal) atau shared room (lebih murah dan bisa dapat teman baru).

Dan di Singapura, Mas Akta memilih sebuah hostel di kawasan Geylang, Aljunied yang dekat sekali dengan stasiun MRT, bernama 98SG hostel. Rata-rata harga hostel di Singapur sekitar Rp 100.000 - 200.000,-, udah plus breakfast, dan biasanya dapet fasilitas wi-fi, mereka juga menyediakan komputer, yang pakainya harus bergantian, hehe.




foto bersama di hostel

Tempat-tempat yang kami kunjungi:

1. Orchard Road
Kalau untuk kalian yang mau belanja barang-barang branded, sepanjang jalan berisikan toko-toko dan mall-mall besar. Tapi kebanyakan tempat makan disini restoran-restoran yang harganya makanannya tidak begitu murah (untuk standar backpacker), yang paling murah ya MCDonalds palingan. Tapi untuk kamu yang backpacker tapi juga berwisata kuliner (ga mentingin harga untuk makanan), ga masalah untuk coba-coba tempat makan disini, banyak pilihan.


2. Merlion Park
Patung singa kaki duyung yang jadi lambang negara ini, katanya belum ke Singapura kalau belum foto di sana.



Anderson Bridge

Kalau kalian pergi ke Merlion Park menggunakan MRT, dari stasiun MRT jalan menuju Merlion Park, kalian juga bisa melihat Anderson Bridge. Lalu tepat di seberang Merlion Park, terdapat Esplanade, sebuah teater (dekat) pelabuhan, yang bentuk kubahnya mirip buah Durian.

3. Bugis
Ini dia satu lagi surga belanja di Singapura, selain toko-toko yang punya "brand" tapi ada yang namanya Bugis Street, semacam Melawainya Singapura, hehe kalau mau cari oleh-oleh kayak postcard, keychain dll. disini aja. Cari baju-baju, sepatu dan aksesoris juga disini. Salah satu tempat belanja favoritku di Singapura. Oia ada restoran yang namanya Toast Box, restoran ini tempatnya enak dan punya menu paket yang rasanya juga lumayan enak dengan harga yang cukup murah (untuk standar makan di Singapur).


4. Little India
Ada toserba yang buka sampai malam banget, dan barang-barangnya lumayan lengkap dan lumayan murah, hehe.

5. Marina Bay
Ini pelabuhan di Singapur, kalau kita pergi dari Batam naik kapal laut, maka kita masuk melalui Marina Bay. Lokasinya tidak jauh dari Merlion Park. Disini juga terdapat mall besar.

6. City Hall
Sekali lagi, disini ada tempat perbelanjaan juga dan Supreme Court, yang dibangun tahun 1939, bentuk bangunan klasik.



Tips untuk para wanita yang jalan-jalan ala backpacker tapi juga mau belanja. Berbeda dengan koper, tas backpack punya kapasitas yang sangat terbatas, dimana kita juga harus menimbang apakah kita kuat untuk membawa tas tersebut atau tidak. Jadi kalau tempat tujuan kita negara-negara surga belanja, dan kita memang sudah niat untuk berbelanja, cukup bawa beberapa pasang baju, seperti aku kemarin hanya membawa sepasang baju pergi dan sepasang baju tidur. Sisanya? BELI!hehehe... Tapi kita juga jangan sampai kalap dan membeli terlalu banyak hingga tidak cukup di tas kita. Setiap habis belanja sesampainya di tempat menginap coba masukan belanjaan ke dalam tas, supaya kita tau berapa sisa kapasitas tas kita. Ga perlu pakai plastik atau kotak-kotak yang bikin penuh, contoh kotak sepatu.


Tips transportasi:
Di Singapura, fasilitas transportasinya sudah sangat baik, lebih baik naik MRT yang jam operasinya 6 am- 12 pm atau bus umum. Hindari taxi, kalau ga kepepet (contoh: ngejar pesawat atau pulang kemalaman), soalnya mahal, hehe.. Oia, ada juga free feeder bus, lumayan kan? coba dimanfaatkan, hehe tanya-tanya aja, salah satunya ada dari City Hall. Untuk ke Changi airport juga naik MRT aja.
Untuk MRT dan bus, kita harus bisa baca peta rutenya supaya ga kesasar.


Mbak Diana yang lagi belajar beli tiket MRT, hehe

Fyi, biaya makan di Singapura salah satu paling mahal di antara negara-negara ASEAN lainnya. Hindari makan di mall, karena sudah pasti mahal. Kalau mau murah cari semacam food court, restoran atau tempat makan India, Cina atau Melayu.

Dari Singapura, kami melanjutkan perjalanan ke Phuket Island, Thailand. Tadinya kami mau lanjut ke Bangkok, tetapi sehari sebelumnya, kami mendapat tiket ekonomi promo Tiger Air menuju Phuket Island, jadi kami putuskan secara mendadak. Tiger Air, merupakan maskapai penerbangan Singapura yang menawarkan tiket murah (tapi jangan harap dapat makan atau minum ya), kalau di Indonesis sih semacam Lion Air. Harga tiket ekonomi promo tiger yaitu sekitar Rp 400.000,- (kalau di rupiahkan). Sebenarnya harga tiketnya hanya 5$, tapi seperti yang kita tahu, airport tax Singapore cukup mahal, hehe...

Friday, September 11, 2009

Apa kabar Bandung?

Di Bandung, makin banyak tempat makan baru, terutama di daerah Riau. Dan aku yang memang hobi mencoba berbagai tempat makan, dari tenda, warung hingga restoran pasti akan mendatanginya!hehehe...

Dan ini ada 3 tempat baru yang ingin aku perkenalkan:


Nanny's Pavillon
Jl. RE Martadinata no 112 (Riau), Bandung

Menu yang ditawarkan: Pancake, Waffle, Bakedrice, etc.

Dekorasinya bagus, unik, serba putih. Dan biasanya tempat ini selalu ramai dikunjungi, terutama weekend.

Makanannya enak, andalannya Pancakes pastinya, walaupun masih kalah rasa dengan Pancious (Jakarta). Tapi tempatnya asik buat santai dan mengobrol.






Bakedrice


Blueberry cheese roll pancake



Roemah Keboen
Jl. RE Martadinata no. 156 (Riau), Bandung

Menu yang ditawarkan: dari mulai masakan Nusantara hingga western.

Yang pasti tempatnya enak banget bisa pilih di dalam ruangan atau pinggir kolam atau di atas. dan bagi yang bawa kendaraan, disediakan vallet, jadi ga perlu repot cari parkir dan pindahin mobil saat makan.


*bingung, kenapa dekorasinya Motor Gede?







Suki Garden, The Valley
Jl. Lembah Pakar Timur No. 28 Dago (Dago pakar), Bandung
(bersebrangan dengan The Valley, masih satu manajemen)

Menu yang ditawarkan: Buffet, dari mulai shabu-shabu, tepanyaki, sushi, bahkan ada makanan jadinya seperti nasi goreng dll. dan yang paling oke, dessert-nya bermacam-macam.

Sebenarnya ini bukan restoran baru, tapi masih banyak yang belum tau tentang Suki Garden, tapi pasti tau The Valley, tinggal nyebrang aja kok. Tempatnya enak, yang pasti adem (iyalah di Dago pakar), dan view-nya oke banget.





Sekalian cerita, minggu lalu pergi ke tempat ini bersama Keluarga Bahagia (Mama Dei, Tante Winda, Tulang Ivan, Bibi Andris, Macek Dita). Untuk berbuka puasa bersama sekaligus merayakan ulang tahun Wina dan Winda (berbulan-bulan lalu,hehe) dan pulangnya Ivan dari Korea. Setelah sekian lama tidak berkumpul, akhirnya bisa kumpul lagi, dengan nafsu makan yang tetap besar (karena itulah kami selalu memilih Buffet), dan tentu saja progress report dari semuanya. Senang sekali, mengingat mungkin kebersamaan kami setiap hari hanya tinggal 1 tahun lagi. :'(

Bisous,
Neng Wina.